Dari semua tip investasi yang bisa ditemukan di mana saja, banyak sekali yang menyarankan bagi pemula untuk belajar karakteristik instrumen dulu, atau pahami risiko dulu, bikin tujuan dulu, dan sebagainya. Jarang banget yang bahas faktor psikologis dalam investasi, padahal ini penting banget.
Bukan, bukan berarti enggak penting buat memahami risiko, belajar karakteristik, dan sebagainya itu. Namun, seharusnya soal faktor psikologis ini juga harus diperkenalkan sejak awal, karena berperan penting dalam proses pengambilan keputusan investor itu sendiri. Ya, kita.
Kok gitu? Nah, ini kebetulan nih, ada yang menarik yang diambil dari buku Trading for a Living, Come Into My Trading Room yang ditulis oleh Dr. Alexander Elder—yang kebetulan seorang trader sekaligus psikolog terkenal—yang bisa kita pelajari.
3 Hal yang Berpengaruh Banget dalam Investasi menurut Buku Trading for a Living, Come Into My Trading Room
Metode (method)
Metode adalah strategi trading yang digunakan oleh trader untuk memahami apa yang menjadi tujuan trading dan investasi, sehingga nantinya bisa mendapatkan keuntungan yang optimal. Metode ini juga berkaitan dengan kemampuan untuk menganalisis saham, sehingga kita bisa memilih saham yang potensial.
Uang (money)
Ya, mau investasi atau trading dengan apa kalau enggak ada uang?
Uang juga akan berkaitan dengan manajemen risiko nantinya, yaitu soal bagaimana kita mengelola modal agar tetap tumbuh, dan akhirnya imbal hasil trading dan investasi tersebut bisa kita dapatkan dan nikmati. Pasalnya ya, mau buat apa lagi kita melakukan trading dan investasi kalau enggak mengharapkan keuntungan berupa uang (lagi) kan?
Pikiran (Mind)
Nah, ini dia yang dibilang sebagai faktor psikologis dalam berinvestasi dan trading—yaitu soal mengelola emosi saat melakukan investasi dan trading.
Pikiran berperan penting, karena nantinya faktor psikologis ini akan bisa kena efek ketika suatu kali nanti terjadi kerugian atau misalnya ketika investasi tidak berjalan seperti yang diharapkan. Kalau secara emosi bisa terkelola dengan baik, saat terjadi hal-hal yang tak diinginkan ini alih-alih panik, kita justru bisa tetap tenang dan mencari solusi terbaik.
So, kebanyakan dari investor lebih fokus untuk belajar metode. Uang menjadi hal kedua yang dipikirkan, dan akhirnya soal pikiran alias mind justru terlupakan. Padahal, belajar mengenai metode investasi tanpa belajar mengelola pikiran lebih dulu saat berinvestasi ataupun trading bisa menimbulkan masalah besar loh.
Padahal, ada riset yang menyatakan bahwa dalam proses pengambilan keputusan, logika manusia hanya berperan 12-45% saja. Selebihnya, pengambilan keputusan lebih banyak didasarkan pada emosi. Jadi, kebayang kan, seperti apa jadinya kalau kita berinvestasi hanya karena emosi sesaat? Apalagi trading, yang jangka waktunya singkat.
Bias yang Bisa Terjadi Akibat Faktor Psikologis dalam Investasi dan Trading
Saat emosi berperan mendominasi, maka saat itu pula, kita akan mengalami berbagai bias dalam mengambil keputusan. Dalam investasi, ada beberapa jenis bias psikologi yang bisa terjadi pada investor sehingga mereka akan kehilangan kendali dalam mengambil keputusan.
Herding Bias
Herding bias menjadi faktor psikologis yang mengganggu, yang biasanya timbul akibat berita-berita yang berasal dari portal-portal media, media sosial, influencer, bahkan broker.
Bias ini akan membuat investor mengikuti apa kata berita, influencer, rekomendasi broker, tanpa melakukan riset yang seharusnya dilakukan berdasarkan kondisinya sendiri. Padahal berita, rekomendasi, ataupun insight dari mereka ini belum tentu cocok untuk dilakukan lo!
Overconfidence Bias
Bias ini muncul ketika investor merasa terlalu percaya diri, yang kemudian memengaruhi keputusan yang diambil terutama yang terkait dengan volume transaksi dan prediksi fluktuasi yang terjadi di bursa.
Availibity Bias
Bias ini membuat investor fokus pada perspektif jangka pendek, dan jadi kehilangan gambaran besar untuk jangka waktu lebih panjang ke depannya. Analoginya seperti jurus promosi yang mengangkat aspek urgensi, seperti halnya iklan properti Senin harga naik. Karena Senin harga naik, maka mau enggak mau, harus beli sekarang, supaya enggak kena efek harga naik kan?
Self-attribution Bias
Bias ini membuat investor hanya yakin pada dirinya sendiri, sehingga mengabaikan sinyal dan informasi dari luar. Memang ini sebenarnya bagus sih, tapi self attribution bias ini lantas menganggap kalau hasil positif adalah keputusan sendiri, sementara jika hasilnya negatif, dianggap semuanya adalah karena faktor eksternal.
Greed Bias
Faktor psikologis yang membuat orang menjadi serakah, dan kemudian trading atau investasi terus menerus tanpa menyadari kemampuan dan batasannya sendiri. Mereka yang mengalami greed bias akan bertahan meski sudah loss banyak, berharap harga akan naik lagi.
Self-Control Bias
Seorang investor yang tidak disiplin pada pengelolaan modal dengan baik bisa mengalami self-control bias ini. Faktor psikologis akan memengaruhi hasil pengambilan keputusannya, meskipun sebenarnya ia sudah tak bisa mengendalikan diri terhadap hasil apa pun pada trading. Padahal misalnya, buat memenuhi kebutuhan pokok saja, ia sudah kesulitan, tetapi memaksakan menambah modal lagi untuk trading.
Regret Aversion Bias dan Loss Aversion Bias
Regret aversion bias membuat seorang investor takut mengambil keputusan karena pernah melakukan kesalahan.
Sementara loss aversion bias membuat investor memilih risiko yang lebih kecil karena pernah mengalami risiko yang sangat besar sebelumnya.
Confirmation Bias
Faktor psikologis sangat berperan penting sehingga investor akan cenderung mengambil keputusan dengan berdasar asumsi pribadi. Untuk itu, mereka mencari berbagai informasi yang mendukung asumsinya (walaupun asumsi itu sebenarnya kurang tepat). Dengan demikian, informasi yang terserap dan digunakannya adalah informasi yang bisa mendukung asumsinya saja. Informasi lain yang mungkin bermanfaat—tetapi tidak mendukung asumsinya—akan diabaikan.
Anchoring and Adjustment Bias
Investor yang mengalami anchoring and adjustment bias akan mengambil keputusan berdasarkan informasi yang pertama didapatnya. Yang lain, diabaikan padahal mungkin informasi lainnya itu akan memengaruhi pertumbuhan investasi ataupun tradingnya.
Representativeness Bias
Memang pada dasarnya analisis dilakukan dengan melihat historikal data masa lalu. Namun, ini sebenarnya bukanlah satu-satunya faktor yang harus dipertimbangkan. Jika seorang investor mengambil keputusan hanya dengan melihat historikal data masa lalu, maka bisa dibilang ia memiliki representativeness bias ini.
Cara Mengatasi Bias akibat Faktor Psikologis
Semua bias di atas bisa terjadi akibat adanya faktor psikologis yang dialami oleh investor saat mengambil keputusan. Lalu, gimana ya, caranya mengatasi bias tersebut agar tak sampai terjadi pada kita, yang akhirnya mengakibatkan keputusan investasi dan trading kita jadi salah?
Coba lakukan beberapa hal berikut.
- Kurangi intensitas pantauan kondisi pasar saham sepanjang hari
- Buat sistem trading yang lebih baik, dengan memperhatikan batasan-batasan diri sendiri
- Otomatisasi pembelian dan penjualan dengan didahului analisis yang mendalam
- Buat beberapa macam pertimbangan sebelum akhirnya keputusan dibuat
- Cari mentor yang baik dan berpengalaman
Nah, semoga kamu tidak perlu mengalami bias-bias akibat berbagai faktor psikologis di atas ya.
Semoga artikel ini bermanfaat.