Investasi saham, terutama yang bertujuan jangka panjang, pastinya harus diawali dengan berbagai perhitungan. Salah satunya dengan membandingkan saham satu dengan yang lainnya. Pasalnya, sudah pasti kita harus memilih saham yang berpotensi memberikan keuntungan seoptimal mungkin, dan bisa menekan peluang risiko seminimal mungkin. Yang pasti sih, enggak ada orang yang mau beli saham perusahaan yang enggak berprospek cerah ke depannya, atau yang terlalu mahal. Prinsip yang mudah diucapkan, tapi sulit untuk dilakukan, kan? Iya.
Kamu pasti juga tahu, bahwa saham perusahaan yang baik adalah yang punya pertumbuhan penjualan yang baik, dengan rasio utang yang terkendali. Selain itu, seberapa royal si emiten bagi-bagi saham juga menjadi salah satu faktor pertimbangan banyak investor untuk mau membeli suatu saham. Istilahnya, bisa jadi pegangan buat passive income enggak nih, ke depannya?
Nah, kalau kamu juga memiliki standar patokan saham perusahaan yang baik yang sama dengan penjelasan di atas, maka kamu perlu untuk membandingkan saham dulu sebelum membelinya. Bukan sekadar cap-cip-cup, apalagi pakai lempar dadu. In fact, beli saham itu memang ada ilmu perhitungannya. Bukan sekadar feeling.
Lalu, gimana cara membandingkan saham yang benar? Well, sebelumnya, kamu perlu tahu beberapa jenis rasio keuangan berikut, untuk bisa membandingkan saham dengan benar dan kemudian mengambil keputusan yang tepat.
Rasio Keuangan yang Mesti Kamu Ketahui untuk Bisa Membandingkan Saham dengan Benar
1. Earning Per Share (EPS)
Adalah rasio laba terhadap banyaknya jumlah saham yang beredar.
Rumus:
Laba bersih / jumlah lembar saham
Misalnya, jika sudah dihitung, nilai EPS suatu saham adalah Rp 300, maka itu artinya saham tersebut mampu memberikan keuntungan sebesar Rp 300 setiap lembar saham yang diperjualbelikan di bursa saham.
Jika kamu bisa melihat bahwa nilai EPS suatu saham meningkat seiring waktu, maka bisa dikatakan kalau pertumbuhan perusahaan tersebut baik. EPS yang meningkat artinya laba perusahaan meningkat.
2. Price to Earning Ratio (PER)
Adalah perbandingan harga saham terhadap laba yang dihasilkan.
Rumus:
Harga saham / EPS
Nah, di sini, kamu perlu membandingkan hasil PER satu saham dengan saham lainnya yang bergerak di sektor yang sama. Rata-rata investor akan mencari saham dengan PER yang rendah, karena ini artinya harga sahamnya lebih murah.
3. Price to Book Value (PBV)
Adalah perbandingan harga saham terhadap nilai buku perusahaan tersebut. Nilai buku adalah jumlah rupiah yang dimiliki setiap lembar saham yang merupakan modal perusahaan. Nilai buku inilah yang akan dibayarkan kepada pemegang saham, jika perusahaan dilikuidasi kalau aktiva dapat dijual sebesar nilai bukunya.
Rumus:
Harga saham / nilai buku per saham
Nilai buku dapat dihitung dengan membagi jumlah total modal atau ekuitas dengan banyaknya lembar saham yang beredar. Datanya bisa diambil dari laporan keuangan yang bisa diunduh gratis melalui website resmi Bursa Efek Indonesia.
Jika setelah dihitung, PBV rendah maka itu artinya harga saham berada di bawah harga pasar, atau undervalued, yang artinya murah. Begitu juga sebaliknya, jika PBV tinggi, artinya harga saham overvalued. PBV misalnya ternyata sebesar 2x, itu artinya harga saham 2 kali lipat lebih mahal dari modal bersih emiten.
Tentu saja, sebagai investor saham jangka panjang, seharusnya mencari saham dengan harga undervalued sehingga peluang keuntungan ke depannya bisa optimal. Namun, kamu juga perlu mencari informasi lebih lanjut, mengapa suatu saham bisa undervalued. Apakah memang belum banyak yang mengenal produknya, atau sebab yang lain.
4. Return of Equity (RoE)
Adalah perbandingan laba saham terhadap modalnya.
Rumus:
Laba bersih / total ekuitas
Jika sudah dihitung, maka bandingkanlah dengan emiten yang bergerak di industri yang sama lainnya. Selain itu, juga harus dibandingkan dengan periode sebelumnya.
Jika RoE-nya tinggi, semakin baik pula perusahaan tersebut dikelola. Pasalnya, semakin tinggi RoE artinya perusahaan dapat mengelola modal sehingga dapat menghasilkan keuntungan yang besar. Jika dari tahun ke tahun selalu ada peningkatan, itu artinya perusahaan bertumbuh dengan baik.
5. Dividend Yield
Adalah rasio yang menunjukkan seberapa besar laba yang bisa dibagikan oleh perusahaan pada para pemegang saham.
Rumus:
Dividen per lembar saham / harga saham
Apabila setelah dihitung ternyata suatu emiten punya Dividend Yield yang tinggi, maka harga saham akan naik pada saat pengumuman pembagian dividen. Dividen yield yang tinggi menjanjikan imbal yang konsisten setiap tahun, dan inilah yang menarik para investor saham jangka panjang.
Membandingkan Saham Satu dengan yang Lain
Terus, kalau sudah begitu, cara membandingkan saham mesti gimana dong? Harus dijejerin satu per satu, misalnya dalam Excell gitu, supaya kelihatan matriksnya?
Hadoh, ribet amat.
Kan ada fitur Stock Comparison di Stockbit! Kamu enggak perlu mesti hitung satu per satu juga, tinggal cek aja data-datanya, terus langsung bisa bandingin.
Begini caranya.
Misalnya kamu mau membandingkan saham-saham dari emiten batubara. Taruhlah, kamu pengin membandingkan saham ADRO, PTBA, dan ITMG.
Buka menu Comparison di halaman profil saham, lalu klik tanda + untuk menambahkan saham-saham yang pengin kamu bandingkan.
Habis itu, kamu sudah bisa lihat data-datanya langsung. Nggak perlu hitung satu per satu, jejerin satu per satu.
Nih, kalau dilihat ITMG secara PER lebih murah ketimbang ADRO dan PTBA. Nah, kalau secara PBV, ADRO deh yang termurah. Sedangkan RoE-nya, ITMG lebih tinggi dari dua yang lain.
Data apa saja yang bisa dibandingin di menu Comparison Stockbit ini? Banyak! Mulai dari Valuasi, Profitabilitas, Dividen, Income Statement, Balance Sheet, dan lain sebagainya. Tinggal klik tanda panah ke bawahnya, nanti akan muncul matriksnya.
Gimana? Jadi lebih mudah dalam menganalisis dan akhirnya membuat keputusan investasi kan? Selanjutnya, kamu tinggal beli saham incaran sesuai analisis yang sudah kamu lakukan di Stockbit juga deh. Praktis, nggak perlu pake ribet dan pusing.
Yuk, download Stockbit dan gunakan fitur Comparison sekarang!
No Responses