Kebebasan Finansial

Gimana Cara Meringankan Beban Jadi Generasi Sandwich?

Kapan hari ke bioskop, dan nggak sengaja nongol iklan yang cukup bikin kepikiran sampai filmnya selesai. Cari-cari di YouTube, ternyata ada. Ini nih.

Iya, tentang generasi sandwich. Pasti sudah sering mendengar istilah ini, ya kan? Atau, jangan-jangan kamu juga merupakan salah satu generasi sandwich?

Istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh Dorothy A. Miller, seorang profesor sekaligus direktur di University of Kentucky tahun 1981, dalam jurnalnya yang disebut The Sandwich Generation : Adult Children of The Aging. Secara simpel, generasi sandwich adalah orang yang harus menanggung hidup 3 generasi, yakni dirinya sendiri, anaknya, plus keluarga besarnya—dalam hal ini, orang tua.

Ibaratnya si seseorang ini adalah daging, dan 2 generasi yang harus ditanggung hidupnya adalah dua roti yang mengimpitnya.

Kalau dilihat sekilas saja sudah bisa tergambarkan, bagaimana beratnya para generasi sandwich ini kan? Lalu, kok bisa ya, muncul generasi sandwich ini?

Apa yang Menjadi Penyebab Munculnya Generasi Sandwich?

Kalau ditelusuri, salah satu hal terbesar yang bisa menjadi penyebab adalah gagalnya pengelolaan finansial generasi orang tua, terutama terkait dana pensiun.

Tanpa bermaksud menyalahkan generasi sebelumnya, tetapi memang begitulah yang banyak terjadi.

Sebuah survei yang pernah dilakukan oleh Life Insurance Marketing Research Association (Limra) mengungkapkan, bahwa 49% orang yang memasuki masa pensiun lantas menggantungkan hidup pada orang lain, termasuk pada anak. 12%-nya bangkrut, dan 5%-nya meneruskan untuk bekerja demi memenuhi kebutuhan hidup. Hanya 4% yang mampu mandiri, dan 1%-nya kaya raya saat pensiun.

Ke-49% yang menggantungkan hidup pada orang lain itu yang kemudian menciptakan generasi sandwich. Ironisnya, hal ini masih banyak terjadi sampai sekarang. Rata-rata orang yang masih mengharapkan anak bisa menjadi sumber penghasilan saat pensiun nanti. Hal ini juga terkait dengan tradisi yang ada di Indonesia sejak dulu sih. Ketika anak “diwajibkan” untuk membalas budi pada orang tua yang sudah membesarkannya, menyekolahkannya, menyediakan semua kebutuhannya. Hal ini terjadi turun temurun, tak pernah terputus.

Padahal, bukankah sudah kewajiban orang tua untuk membesarkan anak dengan penuh tanggung jawab? Kalau begitu, bukan pada tempatnya bagi orang tua untuk menganggap anak sebagai dana pensiun, bukan?

Meringankan Beban Berat Generasi Sandwich

So, kalau memang kamu adalah salah satu dari generasi sandwich ini, bebanmu pasti sangat berat sekarang. Ya, kurang lebih seperti yang terlukis dalam video YouTube di atas. Tapi jelas, kalau memang sekarang hal ini terjadi padamu, kamu enggak bisa memilih, hanya mau menanggung salah satu dari dua generasi lain saja. Dua-duanya—gimana pun caranya—harus tetap dibantu, sesuai tanggung jawab.

Lalu bagaimana? Apa yang bisa dilakukan untuk meringankan beban sandwich generation?

Gimana Cara Meringankan Beban Jadi Generasi Sandwich?

Miliki penghasilan yang cukup

Ini nih yang memang harus dipenuhi. Tidak perlu berlebihan, tetapi cukup—termasuk cukup juga sebagian untuk bisa disisihkan, ditabung, atau diinvestasikan untuk masa depan kamu sendiri, agar nantinya tidak meneruskan tradisi generasi sandwich ini pada anak-anakmu.

Cobalah membuat perhitungan terhadap kebutuhanmu sebagai generasi sandwich, yang meliputi biaya hidupmu, anak, serta orang tua. Buat perhitungan dasar saja dulu, setidaknya untuk kebutuhan esensial. Dari sini, kamu akan mengetahui kebutuhan penghasilan yang cukup tersebut.

Kemudian, coba pertimbangkan secara bijaksana. Kalau penghasilan utama tidak cukup untuk memenuhi itu semua, cobalah untuk mencari alternatif penghasilan tambahan. Bisa berbisnis kecil-kecilan atau mencari pekerjaan lepas alias freelancing. Jangan lupa libatkan pasanganmu ya, setidaknya dia juga harus tahu kondisi yang sebenarnya.

Buat anggaran

Pengelolaan keuangan yang baik, detai, dan cermat adalah koentji untuk meringankan beban generasi sandwich. Pasalnya, kebutuhan semakin besar ke depannya, plus kamu juga harus menyiapkan dana pensiun untukmu sendiri.

So, bagaimana alokasi anggaran yang baik itu? Buat batas maksimal berapa kamu bisa membantu orang tuamu, sesuaikan dengan kemampuan finansial. Misalnya, kamu bisa mencoba proporsi berikut ini:

  • Biaya hidup: 45%
  • Tabungan anak: 15%
  • Tabungan orangtua: 15%
  • Investasi: 10%
  • Asuransi: 10%
  • Zakat: 5%

Kamu bisa coba dulu sebulan dua bulan untuk melihat apakah proporsi pos anggaran ini memadai. Jika tidak, kamu bisa sesuaikan lagi. Berhematlah, tekan pengeluaran yang tak perlu, apalagi yang di luar anggaran. Kamu, misalnya, bisa mengandalkan penghasilan ekstra untuk braterbagai pengeluaran ekstra. Misalnya, dapat bonus dari kantor, 50% bisa langsung masuk ke investasi, 30% untuk memenuhi kebutuhan, dan 20%-nya kamu pakai untuk self reward bersama keluarga.

Ingat, penerapan skala prioritas yang tepat akan menentukan. So, cermati dengan baik ya. Ajak pasanganmu untuk berdiskusi.

Bagi bebanmu

Nah, yang berikut ini juga bisa dicoba. Pernah ada yang cerita, menjadi anak tertua di keluarga, dan kemudian menanggung uang kuliah adik, dan membiayai orang tua. Nah, singkat cerita, adiknya sudah lulus kuliah dan mulai bisa bekerja, si kakak ini masih saja menanggung beban biaya hidup orang tua sendirian. Seiring waktu, karena si orang tua juga menjadi lebih sering sakit, akhirnya si kakak kewalahan. Sebenarnya enggak tega untuk meminta bantuan adik, tetapi keluarganya sendiri juga sedang butuh biaya yang meningkat juga karena sudah punya 2 anak. Si kakak akhirnya mencoba ngobrol dengan adik, dan ternyata adik menyanggupi untuk menanggung biaya hidup orang tua bareng-bareng.

Kata adiknya, “Aku nggak tahu kalau Kakak sekarang lagi kesulitan. Aku pikir, ya baik-baik saja semua. Kenapa enggak bilang dari dulu?”

Nah, kan? Kalau punya kerabat atau anggota keluarga lain, coba bagi beban dengan mereka. Apalagi kalau sudah di luar kemampuan. Nggak ada salahnya untuk mencoba mengajak mereka ngobrol dulu, kalau memang memungkinkan.

Investasi untuk Meringankan Beban Generasi Sandwich

Bijak mengatur keuangan adalah koentji utama generasi sandwich agar beban bisa diringankan. Selain itu, komitmenlah untuk memutus mata rantai generasi sandwich ini di kamu saja. Artinya, jangan sepelekan persiapan dana pensiun. Semakin dini disiapkan, akan semakin baik. Caranya adalah dengan berinvestasi.

Tak hanya memutus rantai generasi sandwich, investasi juga dapat meringankan beban lantaran kamu bisa terbantu untuk persiapan kebutuhan anak dan orang tua juga di masa depan.

Pilih investasi dengan nilai pertumbuhan yang baik dan likuiditasnya tinggi. Bangun portofoliomu sesuai jangka waktu tujuan keuangan. Untuk dana pensiun, sesuaikan dengan usia berapa kamu pengin pensiun dan angka harapan hidupnya. Buat perhitungan dengan cermat sehingga kamu bisa tahu kebutuhan investasinya berapa. Untuk pertama, kamu bisa mulai dengan nominal berapa pun, asalkan konsisten dan sesuai dengan kemampuan.

Reksa Dana untuk Dana Pensiun

Salah satu instrumen investasi yang cocok sebagai dana pensiun adalah reksa dana. Hal ini didukung dengan data KSEI yang menunjukkan semakin digemarinya reksa dana oleh investor hingga saat ini.

Di infografis di atas, kita bisa lihat bahwa sampai Agustus 2022, jumlah investor reksa dana mencapai 8 juta orang, meningkat 29.56% dibandingkan tahun 2021. Jumlah ini tak berbeda jauh dengan jumlah investor di pasar modal berjumlah 9 juta orang lo!

Mengapa reksa dana menjadi instrumen yang oke untuk investasi para generasi sandwich?

Likuid

Artinya, jika mau dicairkan, prosesnya mudah dan enggak makan waktu lama. So, reksa dana bisa banget untuk meringankan beban generasi sandwich, karena selain bisa dimanfaatkan untuk investasi dana pensiun, juga bisa difungsikan sebagai tempat penyimpan dana darurat.

Rendah risiko

Ini relatif, tergantung jenis reksa dananya juga. Namun, kalau dibandingkan dengan berinvestasi saham langsung di pasar modal, jelas reksa dana akan lebih rendah risikonya. Pasalnya, di reksa dana kita punya manajer investasi yang pastinya lebih mumpuni mengelola investasi. Yah, seperti yang sudah dijabarkan di atas, bahwa generasi sandwich memang butuh bantuan dari segi mana pun, termasuk dalam memilih instrumen, nggak perlulah yang ribet-ribet club.

Pastikan saja manajer investasi yang kamu pilih sudah terdaftar di OJK dan sudah menjadi anggota bursa.

Modal kecil

Generasi sandwich pasti punya banyak pos anggaran. So, bisa jadi untuk investasi, anggarannya juga terbatas. Reksa dana umumnya hanya meminta setoran mulai dari Rp100.000, bahkan ada yang Rp10.000.

So, ini akan sangat cocok buat generasi sandwich, demi alokasi anggaran yang pas dan juga membangun diversifikasi portofolio.

Cocok untuk Investasi Jangka Panjang

Reksa dana juga bisa menjadi satu opsi instrumen yang cocok untuk jangka panjang. Pasalnya, reksa dana sendiri memiliki beberapa jenis, yang berbeda tingkat risikonya, yang berarti juga beda jangka waktunya.

Seperti reksa dana pasar uang yang akan optimal untuk dimanfaatkan sebagai instrumen jangka pendek. Reksa dana pendapatan tetap cocok buat jangka menengah. Sementara, reksa dana saham dan campuran akan sangat cocok untuk investasi jangka panjang. Kamu bisa memanfaatkan semua jenisnya untuk berbagai tujuan keuangan yang kamu miliki, termasuk untuk dana pensiun.

So, nggak perlu ke mana-mana lagi. Mau investasi reksa dana untuk ringankan beban generasi sandwich kamu, segera download Bibit saja. Lalu, buat rencana keuangan sesuai kebutuhanmu sebagai generasi sandwich. Kuncinya: disiplin dan konsisten. Dengan begini, bebanmu lebih ringan, pun kamu bisa memastikan diri untuk memutus mata rantai sandwich generation.

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.