Kita sudah sering mendengar istilah “banyak anak banyak rejeki”. Di jaman dulu, banyak orang tua yang memiliki pemikiran begitu. Punya banyak anak adalah salah satu perencanaan masa pensiun mereka. Kenapa? Karena, kalau punya banyak anak, nantinya akan banyak yang ngurusin kalau sudah tua.
Ga heran nenek kita atau neneknya nenek kita bisa punya anak cukup buat bikin team basket beserta cadangannya =P
Naah kalau jaman sekarang kita denger temen kita orang kantoran mau punya anak 4.
Siap siap deeh jadi bahan gosip.
“Gilee Kimpoi mulu si ujang…“
“Aku sih bukannya mau nge-judge ya jeng, tapi yaa mboo mikiir gituu… “ ( pada akhirnya nge judge juga =P )
Penulis ga akan ngelanjutin bilang biaya hidup makin mahal. Nenek nenek juga tau kalo itu. Secara penghasilan masyarakat sekarang juga lebih mapan kok.
Yang penulis mau bahas adalah adanya perubahan fokus dari orang jaman dulu ke jaman sekarang.
Perubahan Cara Berpikir Untuk Menghadapi Masa Pensiun
Kalo dulu solusi buat pensiun bahagia bikin anak yang banyak (yaa kaleee =P)
Kalo sekarang yang kita pikirin punya anak maksimal dua, lalu pikiran sekolah anak yang bagus, mobil 7 seater yang cakep modelnya (Xpander laah at least ), punya rumah yang nyaman.
Lalu rencana pensiun?
Gimana rencana pensiunnya?
Lebih visioner orang jaman dulu donk uda mikirin strategi buat masa pensiun jauh-jauh hari =P
Mungkin dengan kita bekerja kantoran kita berpikir akan terus memiliki penghasilan sampai semua cicilan kita lunas. Namun umumnya kita ga gitu engeeh gimana buat pensiun nanti?
Cepat atau lambat kita akan semakin sadar akan kebutuhan kita untuk mempersiapkan masa pensiun. Kita ga selamanya gajian
Ya kalau dapat warisan juga umumnya kita dapatnya rumah kan buat kita tinggalin. Kalau kita beli lagi ya kelak itu buat anak, tul ga ?
Ya syukur alhamdulilah siih kalau warisan dapet rumah 5 tabungan 50 miliar. Sayangnya penulis ga begitu, dan pastinya kebanyakan dari kita sesama rakyat jelata ini juga senasib kan hehehe, golongan middle class.
Rumahnya ok ada, tapi duit buat makan dari mana kalo uda ga kerja? Mau minta sama anak?? Rasanya enggak.
Buat pembaca di sini yang masi muda–muda, mungkin kata–kata tepatnya bukan rencana pensiun, tapi kebebasan finansial, seperti mimpi penulis.
Mimpi memiliki kebebasan finansial di usia muda, tidak lagi bekerja hanya demi mempertahankan dapur tetap ngebul =P
Bukan Rencana Masa Pensiun Copas Buku
Mungkin karena kita sedang berada di masa peralihan, belum terlalu banyak yang memikirkan mengenai masa pensiun.
Biasanya kita cuma berpikir gimana bisa jadi sekaya kayanya, namun ga punya ide yang jelas mengenai masa pensiun itu.
Tapi penulis percaya dalam 5 – 10 tahun ke depan, kita–kita yang generasi milenials akan semakin sadar dengan butuhnya merencanakan masa pensiun.
Baca juga: Generasi Millenials Wajib Punya Dana Pensiun
Nopee bukan dengan membeli unit link asuransi atau mengikuti rekomendasi investasi sales bank, or even financial planner, banyakkan ngambang ngopi teori doank =P
Namun dengan benar–benar persiapan yang lebih matang, kita akan lebih melek finansial.
Pada akhirnya kita akan menjadi seperti negara–negara maju, yang memiliki pemahaman yang jelas bagaimana memperhitungkan segala yang dibutuhkan. Serta mengevaluasi dari waktu ke waktu akan persiapan masa pensiun kita, are we on track or not.
Kalau di sini paling rekomendasinya kan kapan kita pensiun? ok 55
Lalu berapa lama ekspektasi kita hidup? ok 20 tahun
Dihitung deh kebutuhan dana kita selama masih hidup 20 tahun
Simplenya rekomendasi di sini seperti itu…
Pertanyaan penulis..
Emang kita rela duit yang kita kumpulin capek–capek tergerus setiap tahunnya ampe mati?
Ada yang mau kah??
Rencana Pensiun di Negara Maju
Penulis jadi bener–bener engeeh kalau ada missing link yang sangat besar di sini ketika mempersiapkan persentasi membawakan seminar tentang rencana pensiun untuk karyawan perusahaan yang sahamnya dimintain daddy.
Penulis coba ubek–ubek sana sini, dan penulis jadi benar–benar sadar.
Semuanya masi pada gelap, baik yang diberikan advice, ataupun yang memberikan advice!
Mayoritas mereka memberikan advice hanya text book. Ngambang ngikutin buku–buku teori yang mereka baca. Tapi kita ga bisa berenang hanya dengan modal baca buku kan?
Sementara ketika penulis mencari–cari sumber yang tepat dari luar negeri, banyakkan Amrik laa yaa, Mereka ga lagi cuma modal text book, mereka memiliki konsep yang jelas, real case yang jelas, praktek yang jelas dalam kondisi pasar yang riil.
Ga lagi cuma modal ngomong:
“Jangan kumpulkan telur dalam satu keranjang”
Atau menghitung total dana pensiun yang kita butuhkan ampe koiit!
They are much more than that !!
Pas penulis ubek–ubek, penulis BENEER BENEEER WOOOOUUWW, this is the real deal!!!
Perbedaan Financial Planner Amrik & Indonesia
Dari segi gaya bahasa mereka tetap diplomatis dan aman sama seperti di Indonesia, bukan yang ngasi pernyataan secara bold dan high conviction.
“Kalau pensiun ditunda lebih lama dari 65 menjadi 70 maka cicilan akan meringankan menjadi XXX..“
Penulis siih tiduuur baca–baca beginiaaan hehehe.
Tapi menurut penulis, yang membuat perbedaan besar disini dan Amrik adalah pengalaman dan networknya.
Perencana keuangan di sini most likely bukan orang yang memiliki background invesment. Padahal ketika bicara perencanaan pensiun, akan sangat erat hubungannya dengan investasi.
Baca juga: 4 Tips Memilih Manajer Investasi yang Tepat untuk Kamu!
Sementara yang orang investasi masih ga peduli sama yang namanya wealth management atau perencanaan pensiun atau apalaaah ituu. Pedulinya cuma cari bisikan maut, saham mana yang mau ngasi cuan!
Dua hal ini seakan hidup di dunia yang berbeda.
Hasilnya, perencana keuangan aka financial planner gelap kalau bicara investasi, bisanya bicara hal – hal yang bersifat text book saja seperti risiko sedang itu obligasi risiko tinggi itu saham, that’s it.
Sementara di Amrik wealth management itu berdiri dalam satu payung dengan asset management. Jadi selain mereka pakar dalam perencanaan, mereka tau bagaimana menjalankannya dalam dunia investasi yang riil, they walk the talk.
Masa Pensiun Dilihat dari Sekarang
Sah–sah aja kalau kita berpikir yang penting kaya, duit masa pensiun datang dengan sendirinya..
Tapi untuk karyawan cungpret kayak penulis, menghitung berapa dana yang penulis butuhkan untuk kebebasan finansial atau masa pensiun merupakan sesuatu yang sangat menarik.
Hobi gitu ngutak atik kalkulator, ngitung–ngitung jadi berapaa niih yang dibutuhin buat kebebasan finansial!
Makanya penulis membuat kalkulator kebebasan finansial juga buat penulis pake ngitung–ngitung.
*baca juga historikal return investasi
Cepat atau lambat dengan negara kita yang mengarah ke negara maju, punya anak lebih sedikit ( entok 2), dituntut kemandirian yang lebih besar. Maka menghitung untuk masa pensiun akan menjadi hal yang lebih diperhatikan!
Investasi untuk perencanaan masa pensiun ga melulu bicara soal saham kok.
Makanya penulis banyak menjalar ke investasi alternatif lainnya seperti peer 2 peer lending, properti, reksadana pendapatan tetap, dan lainnya.
Apa yang penulis bahas adalah investasi yang penulis pandang dapat dipertanggungjawabkan risk rewardnya.
Tujuan dari Blog ini adalah supaya penulis dan yang baca dapat menjadi lebih dekat meraih kebebasan finansial aka pensiun dini 😇😇😇
*Apabila ada pertanyaan atau mau update terbaru dari slaveberdasi contact langsung saja di twitter @slaveberdasi , facebook slaveberdasi ,dan email di slaveberdasi@gmail.com